Gula merah, santan, jahe dan beberapa rempah yang lain yang direbus, kemudian disajikan panas sebagai minuman penghangat badan...
Assalamua'laikum...
Wilujeng siang...
Pami urang Sunda teu apal Bajigur, kacida pisan! tapi jigana pamohalan, nya?. Simkuring yakin pisan, nu namina urang Sunda pasti terang bajigur teh naon, atanapi minimal kantos nguping lah, sanajan teu kantos nyobian oge. Tah kamari kaleresan ngadamel bajigur, kumargi cuaca na nuju tiris pisan, wanci tengah dinten nu kedahna panas ereng-erengan malah breg hujan, atuh riweuh ngangkatan suseuhan heuheuheu..
Ieu bajigur teh salah sahiji leueuteun kaseneng pun lanceuk. Saleresna nu icalan ge seureur. Uatamina anu instan, pami nu seger mah tos rada langki di dieu [Sariwangi], benten sareng di Ujungberung nu gampil pisan mendakan tukang bajigur . Tapi nya kitu, kanggo abdi mah nu instan kirang pedo, teu patos raos, janten langkung sae ngadamel nyalira. Tah kitu oge kanggo ka dulur-dulur nu hoyong nyobian ngadamel nyalira, mugi-mugi resepna tiasa ka anggo...^^
____________________
Orang Betawi boleh berbangga hati dengan Sekoteng dan bir pletoknya. Pun dengan Orang Jawa [Tengah dan Timur ] yang punya wedang Ronde dan Angsle, maka di kami, daerah Priangan, ada yang namanya bajigur dan bandrek. Semua minuman tradisional ini memiliki ke-khas-annya tersendiri, tapi secara keseluruhan sama-sama disajikan panas/hangat [atau kalau pun tidak disajikan hangat, tapi fungsinya sama, yaitu selain untuk mengenyangkan juga untuk menghangatkan tubuh]. Bajigur dan bandrek adalah minuman yang sangat populer di kami, meski tidak semua daerah di Jawa Barat menyajikannya setiap hari. Hal ini terkait dengan kondisi georafis, kalo menurut saya. Maksudnya begini... minuman sejenis bandrek dan bajigur, selain disukai karena rasanya yang enak, tapi, seperti yang saya tulis di atas, juga karena fungsinya untuk menghangatkan tubuh. Hanya, tidak semua daerah di Jawa Barat bercuaca dingin. Di Karawang misalnya, daerahnya luar biasa panas. Kalo temen-temen pernah ke Karawang, siang atau pun malam hari dengan kondisi di dalam rumah tanpa AC, terus mandi siang-siang, saya jamin, perjalanan dari kamar mandi ke kamar untuk pake baju lagi, akan membuat kita berkeringat [lagi] saking panasnya. Begitu juga di daerah kelahiran saya, di Sukabumi Selatan, Jampang atau Palabuan Ratu -daerah-daerah pesisir pantai yang panas-, minuman jenis ini tidak begitu cocok jadi jarang disajikan. Tapi kami semua tau atau setidaknya pernah mencoba, dan mengakui bahwa minuman ini adalah minuman khas dari daerah kami, dan kami menyukainya, hanya saja, untuk menikmatinya, harus ada momen-momen khusus dimana cuaca mulai agak menggigit baru akan disajikan.
Lain hal dengan di Bandung. Bandung, Secara keseluran bercuaca dingin, atau setidaknya di kedua tempat yang saya pernah tinggali, di Pasanggrahan Ujungberung [di dekat gunung Manglayang] dan sekarang di daerah sekitar Lembang [dekat gunung Tangkuban Parahu]. Di sini, siang atau pun malam cuacanya dingin, jadi budaya meminum bajigur dan bandrek, sudah bagian dari keseharian kami. Apalagi sekarang kedua minuman ini, tidak hanya dijual dalam kemasan segar, tapi juga sudah dipackage khusus dengan aneka macam kemasan dari yang lucu sampe yang biasa-biasa aja. Tapi intinya, kita bisa menikmati minuman ini tanpa harus nunggu si mamang lewat atau bersusah payah di dapur dulu.
Bajigur dan bandrek, sebenarnya mirip. Hanya saja, bajigur pake santan sedangkan bandrek nggak. Kalo pun dimodifikasi, bandrek biasanya ditambahkan susu kental manis, bukan santan, karena kalo bandrek ditambah santan, namanya bakal ganti, -balik lagi jadi bajigur- :D. Terus dari segi aroma dan tingkat kepedasan, bandrek cenderung lebih pedas dengan aroma yang nonjok banget di hidung. Sedangkan bajigur, umumnya tidak begitu pedas, tapi sensasinya yang paling menonjol adalah rasa yang manis gurih, yang bersumber dari santannya itu. Kemudian, cara penyajiannya juga. Bajigur biasanya disajikan dengan campuran irisan kolang-kaling, sedangkan bandrek, umumnya disajikan dengan kerokan daging kelapa muda. Lalu, manakah yang paling enak? kalo ditanya begitu, saya tidak bisa memilih, karena saya suka kedua-duanya. Intinya, bandrek atau pun bajigur, meski keduanya mirip tapi masing-masing memiliki rasa, aroma dan sensasi yang khas.
Karena kali ini saya membuat spesifikasi bajigur, jadi kita lupakan sejenak tentang bandrek. Bajigur, seperti yang sedikit tadi saya bahas, adalah minuman yang bahan utamanya terbuat dari santan, gula merah dan jahe. Meski begitu, saya pengen membuat yang agak beda dari biasa, jadi saya tambahakan kopi bubuk instan juga. Tidak ada alasan khusus kenapa. Yaaa.. pengen aja. Tapi, meski ditambahkan kopi, sensasi bajigurnya tetep gak ilang. Aroma jahe dan gurihnya santan masih mendominasi, meski samar-samar kita bisa mencium jejak kopi dan aroma kayu manis yang tipis sekali. Ya, tentu saja, karena saya juga menambahkan sepotong kayu manis, diakhir perebusan. Namun, bagi mereka yang menginginkan citarasa yang autentik dan tidak kehilangan originalitas dari bajigur ini, tentu tidak perlu menambahkan kedua bahan tersebut. Reaksi saya, cuma satu kata ketika menicicipi sesendok minuman ini: perfect!. Saya sering minum bandrek, dibeberapa tempat, atau menyeduh yang kemasan instan di rumah, tapi tidak 'seheboh' ini rasanya. Entah lha ya, kalo menurut orang lain, tapi buat saya [dan suami], ini enak bangeeud....*haiyahhh pede jaya...:D
Penyajian bajigur yang paling khas, biasanya disandingkan dengan kacang tanah rebus, pisang kukus, singkong atau ubi manis yang direbus, papais beureum [tepung beras yang dicampur gula merah, -dan santan mungkin-, kemudian dibungkus daun pisang lalu dikukus ], dan katimus [singkong parut yang dicampur kelapa dan gula merah, lalu dibungkus daun pisang, yang dimasak dengan cara dikukus] dan satu lagi putri no'ong [no'ong dalam bahasa Sunda artinya mengintip]. Entah no'ong siapa si putri ini, tapi kalo gak salah dibikinnya dari singkong parut ditengahnya pake pisang, lalu di gulingkan kedalam kelapa parut, dengan aneka warna yang ceria ala rainbow gitu... Kalo temen-temen pernah ke daerah Pasanggrahan Ujungberung, bandrek dan aneka aksesoris makanan pendampingnya tersebut, bisa didapat sekaligus dengan hanya 5000 rupiah saja, serius!. Bayangkan, uang segitu kalo dipake ke PVJ [FYI, Paris Van Java, salah satu mall terkenal di Bandung], itu tuh buat parkirnya aja gak cukup...*eaaa malah curhat....
Nah bagaimana, sudah siap dengan panci nya? yukkk mareeee kita berpeluh-peluh sebentar, untuk menghasilkan sepoci bajigur yang hangat dan lezat!
Selamat mencoba, semoga bermanfaat...
BAJIGUR KOPI
700 ml santan
1 lembar daun pandan
100 gr gula merah, sisir halus
2-3 sdm gula pasir [atau kurangi bila terlalu manis]
1/2 sdt vanilla bubuk
1 sdt kopi instan
1/2 batang kayu manis
Kolang-kaling, iris tipis [saya gak pake
Rebus santan, pandan, vanilla dan gula dengan api sedang, sampai mendidih, masukan kolang-kaling [jika pakai] dan kopi, aduk, terakhir masukan kayu manis. Cicipi, paskan manisnya dengan selera masing-masing, angkat. Sajikan hangat.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat...
Salam,
6 Komentar
enak nih buat dingin2 tapi di Medan panas trus nih haha
BalasHapusah jangan kalo panas jeng, gak bakaln cucoook..:)
Hapusasal tong di jogja nyebut bajigur nya..
BalasHapussarua jeung hajingan tah heheh
serius mang? hadeeuuh naon kitu hartosna?
HapusHmmmm... d cirebon mah olweys panas teteh...
BalasHapusHehehe...
Dulu wkt msh d Jakarta, yg dagangnya pk gerobak keliling... trus d temenin ama kue2 serba rebis ato kukus, misale nagasari, getuk, pisang rebus, klepon... hnmmm... maknyus...
Dan... yg mengenaskan adalah smp skrg blm pernah minumin lg....
Hiks....
;(
nya enya atuh teteh.. cirebon kan relatif panas, jadi kalo jualan bajigur, kasian yang jualannya, bilih teu pajeng... heheh
HapusSilahkan tinggalkan komentar jika berkenan...kalau kebaca Insyaalloh dibales, kalau enggak jangan ngambek, berarti yang punya blog lagi kelilipan nggak ketauan ada komentar nyelip^^